Wednesday, October 13, 2010

Juraganku

Suatu ketika ada saudara Bapakku yang datang dengan seorang tamu laki-laki. Kata pamanku dia membutuhkan orang yang mau menjaga rumahnya dan merawat taman. Setelah aku berpikir panjang aku akhirnya mau dengan mempertimbangkan keadaan Ibuku.

Berangkatlah aku ke kota Jember tepatnya di perumahan daerah kampus. Aku terkagum-kagum dengan rumah juragan baruku ini, disamping rumahnya besar halamannya juga luas. Juraganku sebut saja namanya Pak Beni, Ia Jajaran direksi Bank ternama di kota Jember, Ia mempunya dua Anak Perempuan yang satu baru saja berkeluarga dan yang bungsu kelas 3 SMA namanya Mery, usianya kira-kira 18 tahun. Sedangkan istrinya membuka usaha sebuah toko busana yang juga terbilang sukses di kota tersebut, dan masih ada satu pembantu perempuan Pak Beni namanya Bik Mia usianya kira-kira 27 tahun.

Teman Mery banyak sekali setiap malam minggu selalu datang kerumah kadang pulang sampai larut malam, hingga aku tak bisa tidur sebab harus nunggu teman Non Mery pulang untuk mengunci gerbang, kadang juga bergadang sampai pukul 04.00. Mungkin kacapekan atau memang ngantuk usai bergadang malam minggu, yang jelas pagi itu kamar Non Mery masih terkunci dari dalam. Aku nggak peduli sebab bagiku bukan tugasku untuk membuka kamar Non Mery, aku hanya ditugasi jaga rumah ketika Pak Beni dan Istrinya Pergi kerja dan merawat tamannya saja.

Pagi itu Pak Beni dan Istrinya pamitan mau keluar kota, katanya baru pulang minggu malam sehingga dirumah itu tinggal aku, Bik Mia dan Non Mery. Jam sudah menunjukkan pukul 08.00 tapi Non Mery masih belum bangun juga dan Bik Mia sudah selesai memasak.
"Jono, aku mau belanja tolong pintu gerbang dikunci."
"Iya Bik!" jawabku sambil menyiram tanaman didepan rumah. Setelah Bik Mia pergi aku mengunci pintu gerbang.

Setelah selesai menyiram taman yang memang cukup luas aku bermaksud mematikan kran yang ada di belakang. Sesampai didepan kamar mandi aku mendengar ada suara air berkecipung kulihat kamar Non Mery sedikit terbuka berarti yang mandi Non Mery. Tiba-tiba timbul niat untuk mengintip. Aku mencoba mengintip dari lubang kunci, ternyata tubuh Non Mery mulus dan susunya sangat kenyal, kuamati terus saat Non Mery menyiramkan air ke tubuhnya, dengan perasaan berdegap aku masih belum beranjak dari tempatku semula. Baru pertama ini aku melihat tubuh perempuan tanpa tertutup sehelai benang. Sambil terus mengintip, tanganku juga memegangi penisku yang memang sudah tegang, kulihat Non Mery membasuh sabun keseluruh badannya aku nggak melewatkan begitu saja sambil tanganku terus memegangi penis. Aku cepat-cepat pergi, sebab Non Mery sudah selesai mandinya namun karena gugup aku langsung masuk ke kamar WC yang memang berada berdampingan dengan kamar mandi, disitu aku sembunyi sambil terus memegangi penisku yang dari tadi masih tegang.
Cukup lama aku di dalam kamar WC sambil terus membayangkan yang baru saja kulihat, sambil terus merasakan nikmat aku tidak tahu kalau Bik Mia berada didepanku. Aku baru sadar saat Bik Mia menegurku,
"Ayo.. ngapain kamu."
Aku terkejut cepat-cepat kututup resleting celanaku, betapa malunya aku.
"Ng.. nggak Bik.." kataku sambil cepat-cepat keluat dari kamar WC. Sialan aku lupa ngunci pintunnya, gerutuku sambil cepat-cepat pergi.

Esoknya usai aku menyiram taman, aku bermaksud ke belakang untuk mematikan kran, tapi karena ada Bik Mia mencuci kuurungkan niat itu.
"Kenapa kok kembali?" tanya Bik Mia.
"Ah.. enggak Bik.." jawabku sambil terus ngeloyor pergi.
"Lho kok nggak kenapa? Sini saja nemani Bibik mencuci, lagian kerjaanmu kan sudah selesai, bantu saya menyiramkan air ke baju yang akan dibilas," pinta Bik Mia.
Akhirnya akupun menuruti permintaan Bik Mia. Entah sengaja memancing atau memang kebiasaan Bik Mia setiap mencuci baju selalu menaikkan jaritnya diatas lutut, melihat pemandangan seperti itu, jantungku berdegap begitu cepat
"Begitu putihnya paha Bik Mia ini" pikirku, lalu bayanganku mulai nakal dan berimajinasi untuk bisa mengelus-ngelus paha putih Bik Mia.
"Heh! kenapa melihat begitu!" pertanyaan Bik Mia membuyarkan lamunanku
"Eh.. ngg.. nggak Bik" jawabku dengan gugup.
"Sebentar Bik, aku mau buang air besar" kataku, lalu aku segera masuk kedalam WC, tapi kali ini aku tak lupa untuk mengunci pintunya.

Didalam WC aku hanya bisa membayangkan paha mulus Bik Mia sambil memegangi penisku yang memang sudah menegang cuma waktu itu aku nggak merasakan apa-apa, cuma penis ini tegang saja. Akhirnya aku keluar dan kulihat Bik Mia masih asik dengan cucianya.
"Ngapain kamu tadi didalam Jon?" tanya Bik Mia.
"Ah.. nggak Bik cuma buang air besar saja kok," jawabku sambil menyiramkan air pada cuciannya Bik Mia.
"Ah yang bener? Aku tahu kok, aku tadi sempat menguntit kamu, aku penasaran jangan-jangan kamu melakukan seperti kemarin ee..nggak taunya benar," kata Bik Mia
"Hah..? jadi Bibik mengintip aku?" tanyaku sambil menunduk malu.

Tanpa banyak bicara aku langsung pergi.
"Lho.. kok pergi?, sini Jon belum selesai nyucinya, tenang saja Jon aku nggak akan cerita kepada siapa-siapa, kamu nggak usah malu sama Bibik " panggil Bik Biatun.
Kuurungkan niatku untuk pergi.
"Ngomong-ngomong gimana rasanya saat kamu melakukan seperti tadi Jon?" tanya Bik Mia.
"Ah nggak Bik,"jawabku sambil malu-malu.
"Nggak gimana?" tanya Bik Mia seolah-olah mau menyelidiki aku.
"Nggak usah diteruskan Bik aku malu."
"Malu sama siapa? Lha wong disini cuma kamu sama aku kok, Non Mery juga sekolah, Pak Beny kerja?" kata Bik Mia.
"Iya malu sama Bibik, sebab Bibik sudah tahu milikku," jawabku.
"Oalaah gitu aja kok malu, sebelum tahu milikmu aku sudah pernah tahu sebelumnya milik mantan suamiku dulu, enak ya?"
"Apanya Bik?" tanyaku
"Iya rasanya to..?" gurau Bik Mia tanpa memperdulikan aku yang bingung dan malu padanya.
"Sini kamu.." kata Bik Mia sambil menyuruhku untuk mendekat, tiba-tiba tangan tangan Bik Mia memegang penisku.
"Jangan Bik..!!" sergahku sambil berusaha meronta, namun karena pegangannya kuat rasanya sakit kalau terus kupaksakan untuk meronta.

Akhirnya aku hanya diam saja ketika Bik Mia memegangi penisku yang masih didalam celana pendekku. Pelan tapi pasti aku mulai menikmati pegangan tangan Bik Mia pada penisku. Aku hanya bisa diam sambil terus melek merem merasakan nikmatnya pegangan tangan Bik Mia. lalu Bik Mia mulai melepas kancing celanaku dan melorotkanya kebawah. Penisku sudah mulai tegang dan tanpa rasa jijik Bik Mia Jongkok dihadapanku dan menjilati penisku.
"Ach.. Bik.. geli," kataku sambil memegangi rambut Bik Mia.

Bik Mia nggak peduli dia terus saja mengulum penisku, Bik Mia berdiri lalu membuka kancing bajunya sendiri tapi tidak semuanya, kulihat pemandangan yang menyembul didepanku yang masih terbungkus kain kutang dengan ragu-ragu kupegangi. Tanpa merasa malu, Bik Mia membuka tali kutangnya dan membiarkan aku terus memegangi susu Bik Mia, dia mendesah sambil tangannya terus memegangi penisku. Tanpa malu-malu kuemut pentil Bik Mia.
"Ach.. Jon.. terus Jon.."
Aku masih terus melakukan perintah Bik Mia, setelah itu Bik Mia kembali memasukkan penisku kedalam mulutnya. aku hanya bisa mendesah sambil memegangi rambut Bik Mia.
"Bik aku seperti mau pipis," lalu Bik Mia segera melepaskan kulumannya dan menyingkapkan jaritnya yang basah, kulihat Bik Mia nggak memakai celana dalam.
"Sini Jon..," Bik Mia mengambil posis duduk, lalu aku mendekat.
"Sini.. masukkan penismu kesini." sambil tangannya menunjuk bagian selakangannya.

Dibimbingnya penisku untuk masuk ke dalam vagina Bik Mia.
"Terus Jon tarik, dan masukkan lagi ya.."
"Iya Bik" kuturuti permintaan Bik Mia, lalu aku merasakan seperti pipis, tapi rasanya nikmat sekali.
Setelah itu aku menyandarkan tubuhku pada tembok.
"Jon.. gimana, tahu kan rasanya sekarang?" tanya Bik Mia sambil membetulkan tali kancingnya.
"Iya Bik.."jawabku.

Esoknya setiap isi rumah menjalankan aktivitasnya, aku selalu melakukan adegan ini dengan Bik Mia. Saat itu hari Sabtu, kami nggak nyangka kalau Non Mery pulang pagi. Saat kami tengah asyik melakukan kuda-kudaan dengan Bik Mia, Non Mery memergoki kami.
" Hah? Apa yang kalian lakukan! Kurang ajar! Awas nanti tak laporkan pada papa dan mama, kalian!"
Melihat Non Mery kami gugup bingung, "Jangan Non.. ampuni kami Non," rengek Bik Mia.
"Jangan laporkan kami pada tuan, Non."
Akupun juga takut kalau sampai dipecat, akhirnya kami menangis di depan Non Mery, mungkin Non Mery iba juga melihat rengekan kami berdua.
"Iya sudah jangan diulangi lagi Bik!!" bentak Non Mery.
"Iy.. iya Non," jawab kami berdua.

Esoknya seperti biasa Non Mery selalu bangun siang kalau hari minggu, saat itu Bik Mia juga sedang belanja sedang Pak Beny dan Istrinya ke Gereja, saat aku meyirami taman, dari belakang kudengar Non Mery memanggilku,
"Joon!! Cepat sini!!" teriaknya.
"Iya Non," akupun bergegas kebelakang tapi aku tidak menemukan Non Mery.
"Non.. Non Mery," panggilku sambil mencari Non Mery.
"Tolong ambilkan handuk dikamarku! Aku tadi lupa nggak membawa," teriak Non Mery yang ternyata berada di dalam kamar mandi.
"Iya Non."
Akupun pergi mengambilkan handuk dikamarnya, setelah kuambilkan handuknya "Ini Non handuknya," kataku sambil menunggu diluar.
"Mana cepat.."
"Iya Non, tapi.."
"Tapi apa!! Pintunya dikunci.."

Aku bingung gimana cara memberikan handuk ini pada Non Mery yang ada didalam? Belum sempat aku berpikir, tiba-tiba kamar mandi terbuka. Aku terkejut hampir tidak percaya Non Mery telanjang bulat didepanku.
"Mana handuknya," pinta Non Mery.
"I.. ini Non," kuberikan handuk itu pada Non Mery.
"Kamu sudah mandi?" tanya Non Mery sambil mengambil handuk yang kuberikan.
"Be..belum Non."
"Kalau belum, ya.. sini sekalian mandi bareng sama aku," kata Non Mery.

Belum sempat aku terkejut akan ucapan Non Mery, tiba-tiba aku sudah berada dalam satu kamar mandi dengan Non Mery, aku hanya bengong ketika Non Mery melucuti kancing bajuku dan membuka celanaku, aku baru sadar ketika Non Mery memegang milikku yang berharga.
"Non..," sergahku.
"Sudah ikuti saja perintahku, kalau tidak mau kulaporkan perbuatanmu dengan Bik Mia pada papa," ancamnya.

Aku nggak bisa berbuat banyak, sebagai lelaki normal tentu perbuatan Non Mery mengundang birahiku, sambil tangan Non Mery bergerilya di bawah perut, bibirnya mencium bibirku, akupun membalasnya dengan ciuman yang lembut. Lalu kuciumi buah dada Non Mery yang singsat dan padat. Non Mery mendesah, "Augh.."
Kuciumi, lalu aku tertuju pada selakangan Non Mery, kulihat bukit kecil diantara paha Non Mery yang ditumbuhi bulu-bulu halus, belum begitu lebat aku coba untuk memegangnya. Non Mery diam saja, lalu aku arahkan bibirku diantara selakangan Non Mery.
"Sebentar Jon..," kata Non Mery, lalu Non Mery mengambil posisi duduk dilantai kamar mandi yang memang cukup luas dengan kaki dilebarkan, ternyata Non Mery memberi kelaluasaan padaku untuk terus menciumi vaginanya.

Melihat kesempatan itu tak kusia-siakan, aku langsung melumat vaginanya kumainkan lidahku didalm vaginanya.
"Augh.. Jon.. Jon," erangan Non Mery, aku merasakan ada cairan yang mengalir dari dalam vagina Non Mery. Melihat erangan Non Mery kulepaskan ciuman bibirku pada vagina Non Mery, seperti yang diajarkan Bik Mia kumasukkan jemari tanganku pada vagina Non Mery. Non Mery semakin mendesah, "Ugh Jon.. terus Jon..," desah Non Mery. Lalu kuarahkan penisku pada vagina Non Mery.
Bless.. bless.. Batangku dengan mudah masuk kedalam vagina Non Mery, ternyata Non Mery sudah nggak perawan, kata Bik Mia seorang dikatakan perawan kalau pertama kali melakukan hubungan intim dengan lelaki dari vaginanya mengeluarkan darah, sedang saat kumasukkan penisku ke dalam vagina Non Mery tidak kutemukan darah.

Kutarik, kumasukkan lagi penisku seperti yang pernah kulakukan pada Bik Mia sebelumnya. "Non.. aku.. mau keluar Non."
"Keluarkan saja didalam Jon.."
"Aggh.. Non."
"Jon.. terus Jon.."
Saat aku sudah mulai mau keluar, kubenamkan seluruh batang penisku kedalam vagina Non Mery, lalu gerkkanku semakin cepat dan cepat.
"Ough.. terus.. Jon.."
Kulihat Non Mery menikmati gerakanku sambil memegangi rambutku, tiba-tiba kurasakan ada cairan hangat menyemprot ke penisku saat itu juga aku juga merasakan ada yang keluar dari penisku nikmat rasanya. Kami berdua masih terus berangkulan keringat tubuh kami bersatu, lalu Non Mery menciumku.
"Terima kasih Jon kamu hebat," bisik Non Mery.
"Tapi aku takut Non," kataku.
"Apa yang kamu takutkan, aku puas, kamu jangan takut, aku nggak akan bilang sama papa" kata Non Mery. Lalu kami mandi bersama-sama dengan tawa dan gurauan kepuasan.

Sejak saat itu setiap hari aku harus melayani dua wanita, kalau di rumah hanya ada aku dan Bik Mia, maka aku melakukannya dengan Bik Mia. Sedang setiap Minggu aku harus melayani Non Mery, bahkan kalau malam hari semua sudah tidur, tak jarang Non Mery mencariku di luar rumah tempat aku jaga dan di situ kami melakukannya.

akankah aku dapat berubah ? semoga.,......


Saturday, June 12, 2010

Ariel dan Luna Maya

Adegan intim Ariel dan Luna Maya akhirnya beredar juga. Setelah beberapa tahun Ariel dan Luna Maya mengubur hubungan intim mereka...ahhhh...oooohhh uuuuhhhh zzzzsssss Akhirnya mereka berani untuk menunjukkan adegan intim di depan umum.

Tapi sayangnya ini hanya sebuah iklan. Produk ini sebelumnya menggunakan sebagai merek ambassadornya Luna Maya. Luna Maya dalam iklan yang bertindak sebagai sendiri tampak kompak dan tidak canggung mengobrol dengan akrab dengan Ariel, kekasihnya.

Iklan ini juga seperti pengakuan dari pasangan Ariel-Luna, karena untuk pertama kalinya mereka akan muncul bersama-sama dalam satu proyek.

"Tentu saja, bagi saya ini merupakan pengalaman yang tak terlupakan. Aku bisa, bersama-sama dengan Luna membintangi iklan televisi dari merek sabun yang sangat dekat dengan perempuan di Indonesia, bahkan di seluruh dunia," kata Ariel tentang keterlibatannya dalam pembuatan produk sabun kampanye global ini.

Sunday, May 30, 2010

Nafsu Birahi kakak ipar

Nafsu Birahi kakak ipar. "Masak apa Yen?" Aku berkata adik-mengejutkan di-hukum, yang berdiri dengan tempe favorit saya memotong di meja dapur. "Aja neraka Ngagetin, hampir aja kena tangan nih," katanya, sambil menunjuk ibu jarinya dengan pisau di tangannya. "Tapi tidak sampai keiris kan?" Tanyaku menggoda. "Di mana Mbak Ratri, Mas, kok sama-sama tidak kembali?" Dia bertanya tanpa menolehku. "Dia terlambat, aku akan memilih pergi malam," jawabku. "Anda tidak perlu ke kampus?" Tanyaku kembali. "Menit Terakhir, tetapi tidak begitu di perguruan tinggi Perayaan pulang lebih awal." ". Aauww," teriak Yeyen tiba-tiba memegang salah satu jari-jarinya. Aku segera berjalan, dan aku melihat ada darah menetes dari jari telunjuk kirinya. "Di sini aku bersihin," kataku sambil membungkusnya dengan serbet yang aku ambil dari meja makan. Baca cerita porno incest lebih hanya dalam sexceritadewasa.com.

Yeyen nampak meringis saat aku menetesinya dengan Betadine, walau lukanya hanya irisan kecil saja sebenarnya. Beberapa saat saya menetes di jarinya sambil menyeka sisa-sisa darah (cerita porno lainnya). Yeyen tampak aneh ketika tangan saya terus mengusap jari-jarinya. "Mari mas ah," katanya berusaha menarik jarinya dari genggamanku. Aku pura-pura tidak mendengar, bendungan masih mengusapi dengan jari-jari tangan saya. Aku kemudian membimbing dia untuk duduk di meja makan kursi, memegang tangan saya tidak pernah melepaskan tangannya. Sementara aku berdiri di sampingnya. "Aku tidak bisa Mas oke, Terima kasih, ya," katanya sambil menarik tangannya dari genggaman saya. Kali ini dia berhasil melepaskan. "Oleh karena itu, jangan dong tidak melamun. Anda ingat Ma Novan lagi ya" aku menggoda, menepuk bahu dengan lembut?. "Yee, tidak ada hubungannya, tahu," jawabnya cepat sambil mencubit punggung lenganku masih di punggungnya.

Kita kenal, karena aku dengan dia hanya terpaut empat tahun. Saat ini saya 27 tahun, istri saya yang juga kakaknya 25 tahun, sementara adik ipar adalah 23 tahun. "Mas tidak mungkin bertanya Jika seorang pria sudah dekat temannya, gadis yang baru Ma, Ma tidak lupa pacar sendiri?." Dia bertanya tiba-tiba saat ia memiringkan wajahnya ke arahku yang masih berdiri sebelumnya. Sementara tanganku masih meminjat-lembut memijat bahunya, aku hanya menjawab, "Tergantung." "Tergantung pada apa Mas?" Dia mendesak seperti penasaran. "Tergantung, jika teman-teman barunya pria merasa itu lebih cantik dari pacarnya, ya bisa aja dia lupa ma pacarnya," jawabku sambil tergelak membabi buta. "Kalau Mas sendiri bagaimana contoh Gini,? Mas punya teman gadis baru, lalu pacar tu gadis itu lebih cantik dari Mas. Mas tidak bisa melupakan gadis Ma Mas?" Dia bertanya. "Hehe," aku hanya tertawa di pertanyaan aja. "Yee, sebenarnya tertawa benar-benar," katanya, mengerutkan kening sedikit. "Ya bisa aja dong Buktinya sekarang aku dekat Anda Ma., Aku lupa deh kalau aku sudah punya istri," kataku lagi, tertawa. "Hah, menonton lho ya Ma Myspace Yeyen lho. Mbak nomor Ratri," katanya sambil tertawa. "GIH'll kirim aja, emang mbak kau lebih indah dari Anda," kataku keras-keras, sambil mengelus kepala saya tangan-ngelus. "Huu, Mas nih becanda bahkan mempertanyakan serius." "Yah, saya serius yen kok," kataku sedikit berpura-pura serius.

Sekarang tanganku membelai rambutnya, sudah berubah sedikit meremas-meremas menjadi semacam putus asa. Dia tiba-tiba berdiri. "Yeyen mo lanjutin masak nih mas lagi. Terima kasih ya dah diobatin," katanya. Aku hanya membiarkan dia pergi menuju dapur lagi. Lama aku menatapnya dari belakang, benar-benar indah dan sangat gemuk tubuhnya. Saya pikir pada waktu itu. Saya mendekatinya, kali ini berpura-pura ingin membantu dia. "Di sini saya membantu Anda," kataku sambil mengambil beberapa potong tempe dari tangannya. Yeyen jika tidak dibantu, ia berusaha untuk tidak melepaskan tempe tangannya. "Aku bisa ah, tidak perlu Mas," katanya, menarikku tempe sudah memegang sebagian. Pada saat itu, tanpa kita sadari cukup lama di tangan kita saling menggenggam. Yeyen tampaknya ragu-ragu untuk menarik tangannya dari genggaman saya. Aku melihat matanya, dan pandangan kami tanpa sengaja bertabrakan dengan satu sama lain. Lama kami saling memandang. Perlahan-lahan aku meletakkan wajahku ke wajahnya. Dia seperti bertindak terkejut saat ini, tetapi tidak sedikit usaha untuk melarikan diri. Aku meraih kepalanya, dan menarik sedikit lebih dekat ke wajahku. Hanya beberapa detik, bibi saya sekarang menyentuh bibirnya. "Maafin aku Yen, bibir bisiku" ketika mencoba untuk menghisap ini adik ipar. Yeyen tak menjawab, tidak juga menanggapi menciumnya. Aku mencoba untuk tetap melumati bibir tipisnya, tetapi ia tidak menjawab juga.

Tanganku masih di belakang kepalanya, wajahnya menempel di pertemuan sendirian dengan wajah saya. Sementara tangaku yang satu itu, sekarang mulai saya dimasukkan ke pinggulnya dan memeluknya. "Ssst," Yeyen seperti melayang menjilat untuk menjilat dengan lidah saya terus menyentuh dan menciumi bibirnya. Seperti tanpa sadar, kini juga memiliki Yeyen tangan melingkar di pinggulku. Dan bahkan lumatanku sudah menjawab dia, meskipun masih ragu-ragu. "Ssst," desahnya lagi. Pada itu, tentu saja lebih ganas bibirku menjilat bibir Yeyen. Perlahan tapi pasti, sekarang dia mulai mengimbangi menciumnya. Sementara tangaku dengan liar meremas-remas rambutnya, dan yang lain mulai meremas-remas pantat montok adik-di-hukum. "Aahh, massa," desahnya lagi. Mendengar desahan Yeyen, aku seperti semakin gila saja melumati dan sesekali menarik dan sesekali mengisap lidahnya. Yeyen semakin terlihat mulai terangsang oleh ciuman. Dia kadang-kadang terlihat menggelinjang sambil sesekali juga mendengar desahan. "Mas, Mas ya sudah," katanya sambil berusaha menarik wajahnya sedikit menjauh dari wajahku.

Aku berhenti menciumku. Aku meraih tangannya dan membungkus leherku kubimbing untuk. Yeyen tidak melawan, dengan keraguan besar sekali dia membungkus leherku. "Yeyen takut Mas," bisiknya, tidak jauh dari ditelingaku. "Takut apa, Yen?" Aku setengah berbisik. "Yeyen tidak mau nyakitin hati Mbak Ratri Mas," katanya lebih pelan. Aku melihat matanya, ada keseriusan ketika ia mengatakan bahwa kalimat terakhir. Tapi, seperti saya tidak lagi peduli apa yang dia takut itu. Aku meraih dagunya, dan lagi saya menaruh bibirku ke bibirnya. Yeyen dengan masih tampak tajam, tidak berusaha untuk memberontak ketika kita mulai menyentuh bibirnya lagi. Aku mencium kembali, dan ia mulai perlahan-lahan menciumnya. Tanganku mulai meremas-remas rambutnya. Bahkan, kini semakin turun dan terus turun hingga berhenti persis di pantat. Hanya mengenakan celana pendek Pantanya tipis saja saat aku mulai meremas diremas dengan kerusakan. "Aahh, Mas," desahnya. Mendengar desahannya, hanya bermain tanganku semakin liar pantat adik-di-hukum. Tangaku sedangkan yang lain, masih berusaha untuk mencari buah dadanya dari balik kaos oblongnya. Ah, akhirnya saya menemukan juga bahwa payudaranya mulai mengeras itu. Dengan posisi kami sebagai berdiri, batang penisku yang telah diperketat, dengan mudah kugesek-gesekan persis di mulut vaginanya.

Meskipun masih sama-sama terhambat oleh celana kami masing-masing, tetapi Yeyen sepertinya merasa bahwa pangkal paha batang tegang sekali. "Aaooww Mas," katanya seperti itu ketika gerakan hak kuliarkan penisku dalam vagina. Tanganku sekarang memegang bagian belakang celana pendeknya, dan perlahan-lahan mulai mencoba merosotkannya kuberanikan diri. Yeyen tampaknya tidak keberatan ketika ia mengenakan celana lebih kulorotkan. Pikiranku semakin ngeres hanya ketika semua celana telah jatuh semuanya di lantai. Dia mencoba mengangkat satu kakinya untuk melepaskan cincin itu masih menempel pada celana sekitar pergelangan kakinya. Sementara itu, kami masih terus berpagutan seperti bibir kami tidak akan melepaskan satu sama lain. Yeyen posisi tidak celana lagi, gerakan tangan di pantat mendapatkan kuliarkan saja.

Dia meremas tanganku sesekali menggelinjang saat meremas. Untuk mempercepat rangsangannya, aku ambil salah satu dengan tangan untuk memegang batang zakarku meskipun masih terhambat oleh celana jeansku. Perlahan tangannya terus kubimbing untuk membuka tombol, kemudian menurunkan ritsleting celana saya. Aku sedikit membantu untuk mempermudah gerakan tangannya. Beberapa saat kemudian, celananya mulai memburuk. Dan dengan tangan saya sendiri, saya mengenakan celana rilis kupercepat, serta pakaian. Sekarang, masih dengan posisi berdiri, kami tidak lagi memakai celana. Hanya sebuah kemeja yang menutupi tubuh bagian atas, dan tubuh bagian atas masih tertutup oleh kemeja Yeyen. Kami tidak membukanya. Tanganku kembali ke panduan ini memegang tangan Yeyen batang zakarku yang sudah menegang itu. Sekarang, dengan leluasa Yeyen mulai memainkan zakarku bar dan mulai goyang-ngocoknya perlahan. Ada semacam tegangan tinggi aku rasakan ketika dia menggeleng dan kadang-kadang meremas-remas biji pelerku itu. "Oohh," tanpa sadar aku mengerang karena kenikmatan yang memeras itu. "Mas, Mas sudah Mas Yeyen. Takut," katanya dengan paha sedikit melonggarkan cengkeramannya pada batang sudah sangat tegang. "Aahh," tapi tiba-tiba dia mengerang hati ketika salah satu jari saya menyentuh klitorisnya.

Yeyen membuka vagina sangat basah pada saat itu. Aku merasa seperti dirasuki oleh setan, dengan liar kukeluar-masukan satu jari di lubang vagina. "Aaooww, massa, een, naakk .." ia mulai mengoceh. Pada saat itu, birahiku hanya keluar dari kontrol. Perlahan-lahan aku mengambil selangkangan berasal dari genggamannya, dan aku diarahkan sedikit demi sedikit ke dalam lubang kemaluan Yeyen yang sudah sangat basah. "Aaoww, aaouuww," keluh dia sebagai kepala sentukan-lama aku menyentuh kanan penisku di klitorisnya. "Tolong jangan menaruhnya Mas," pinta Yeyen, saat aku mencoba mendorong batang zakarku ke vaginanya. "Tidak Papa Yen, sebentaar aja," Aku memohon sebuah ditelinganya berbisik sedikit. "Yeyen takut Mas," bisiknya karena ia tidak sedikit pun upaya untuk menjauhkan vaginanya dari kepala kontolku yang telah persis di mulut guanya. Tangan kiri Yeyen mulai meremas pantatku, sementara tangan kanan-Nya tidak akan melepaskan batang pangkal paha itu. Untuk hanya membuat sedikit tenang, aku sengaja tidak langsung memasukkan batang pangkal paha. Aku hanya memintanya untuk memegangnya. "Pegang aja Yen," kataku pelan.

Yeyen yang sebenarnya sudah terlihat terengah-engah, hanya mengangguk perlahan sambil menatapku tajam. Meremas untuk memeras di bagasi zakarku jari Yeyen, dan kadang-kadang di buah zakarnya, membuat kelojotan. "Aku tak tahan sangat Yen," bisikku lembut. "Yeyen takut Mas," katanya dengan gelengan-ngocok pangkal paha lembut itu. "Aahh," aku hanya menjawab dengan mengerang karena kenikmatan-krim kocok oleh tangan lembut adik mertuanya. Kembali kami berciuman satu sama lain sementara tangan kami sibuk dengan kegiatan masing-masing. Sama waktu seperti yang kita mencium semakin memanas, aku mencoba lagi untuk mengarahkan kepala penis saya ke lubang vaginanya. Saat ini, Yeyen tidak berontak lagi. Aku menekan pantatnya sehingga lebih maju, dan waktu yang sama, tangan Yeyen yang meremas-remas pantatku perlahan-lahan mulai mendorong maju pantatku. "Kami sedang duduk, sayang," ajaku sementara membimbing dia ke kursi meja makan. Aku mengambil posisi duduk, bersandar kedua paha.

Sementara Yeyen kududukan atas kedua paha dengan posisi mengangkang kakinya. Ketika ia menariknya untuk benar-benar duduk di pahaku, tanganku kembali ke pangkal paha batang tegak berdiri posisi yang harus sesuai dengan membuka vagina Yeyen. Dia tampak mengerti maksudku, dia memegang lembut batang pangkal paha ketika mencoba untuk menyesuaikan posisi lubang vagina nya dengan batang pangkal paha. Dan memberkati, perlahan batang menembus lubang vagina Yeyen pangkal paha. "Aahh, aaooww, massa," erangnya kelojotan tubuh Yeyen. Aku menekan pinggulnya agar dia benar-benar memukul pantatnya. Jadi, batang akan tenggelam semua penis saya ke dalam lubang vaginanya. "Yeenn," kataku. "Aooww, tar, Russ massa .., aahh .." terus memainkan pantatnya seperti Inul yang ngebor. "Ohh, panik, massa benar-benar enak .." katanya, melumati bibirnya wajahku. Hampir seluruh waktu ia mukanku menjilat. Untuk mengimbangi dia, aku menjilati dan mengisap putingnya.

Mendapatkan mendidih darah saya ketika itu pantatnya terus bergulir ke atas dan bawah untuk menyeimbangkan gerakan pantatku. "Mass, Yee, Yeeyeen ingin," dia menyela. Aku mempercepat keledai ke atas dan gerakan ke bawah. "Aaooww massa, massa silahkan" dia mengerang semakin tidak menentu. "Yee, Yeyeen mauu, Kee, massa kkeeluaarr," dia mengigau. Tapi tiba-tiba, "Krriingg .." "Aaooww, seseorang datang Mas Mas .." bisik Yeyen sambil tanpa berhenti mengoyang pantatnya bergetar. "Yenn," suara seseorang memanggil dari luar. "Yenn miss terbuka, aku akan mati untuk ya," suara itu lagi, yang tidak lain adalah suara istri saya serta saudara Ratri. "Yah, Bu Ratri Mas," katanya terperanjat. Yeyen disambar petir, pucat dan ia segera melompat bangun dan meraih celana dalam celana pendek yang tersebar di lantai dapur. Sementara aku tidak lagi bisa berkata apa-apa, selain segera meraih celana dan memakainya. Sementara itu, suara bel dan teriakan istriku terus memanggil. "Yeenn, tolong dong cepet buka pintu NIH Mbak. Ingin air," istri saya teriak dari luar. Yeyen sangat terlihat panik, buru-buru memakai celananya, berteriak, "Sebentarr, sementara Mbak .." "Mas celana dipake permainan," Yeyen masih sempet menolehku dan mengingatkan saya untuk memakai celana secepat mungkin.

Dia terus berlari menuju pintu depan, setelah dipastikan semuanya beres, ia membuka pintu. Aku segera berlari ke ruang televisi dan segera berbaring di karpet agar terlihat seolah-olah ia sedang tidur. "Gila," pikirku. "Huu, waktu benar-benar membuka pintu? Orang Dah sekarat seperti ini," menggerutu kepada istri saya sambil terus menyelong Yeyen ke kamar mandi. "Ya maaf, aku ketiduran Bu," kata Yeyen jadi istri saya keluar dari kamar mandi. "Haa, leganyaa," katanya sambil meraih gelas dan air minum yang diajukan oleh adiknya. "Mas Jeje mana Yen?" "See'd ketiduran dari pulang ngantor di sana," katanya, sambil menunjuk Yeyen aku berpura-pura tidur di karpet depan televisi. "Astaga, mengapa tidak berpakaian Mas, sih?" Istri saya berkata sambil menggelengkan mengoyang saya dengan niat untuk bangun. "Pindah ke ruang GIH Mas," katanya lagi. Aku mata berpura-pura ngucek-ngucek, untuk mencari benar-benar baru. Aku tidak langsung ke kamarku, tapi menyolong ke dapur untuk mengambil air minum. "Tapi dia pulang abis Myspace matahari terbenam, bagaimana lima baru setengah jam sudah pulang? Pake apa yang kau pulang" tanyaku basa-basi istriku?. "Mas tidak begitu padat Pake taksi sekarang.," Jawabnya. "Kenapa, kau lebih matang Yen Kok gini dah kelar belum? Dibiarkan tidur, sih?" Istriku berkata kepada Yeyen setelah melihat irisan tempe berserakan di meja dapur. "Mana berantakan, lagi," katanya lagi. "Iya kata emang mo masak lagi.

Tapi jangan terus mengantuk. Jadi aku pergi tidur aja deh, "Yeyen berusaha menjawab secara alami sambil tersenyum Siang itu,. Tanpa mengganti pakaian terlebih dahulu, akhirnya istrikulah yang terus memasak. Yeyen membantu seperlunya. Sementara itu, saya hanya tersenyum sendiri saat ia duduk di kursi hanya mengenakan hubungan baik dengan Yeyen, meskipun belum punya waktu untuk mencapai puncaknya "Ups, maaf Yeyen.. Dia hampir aja sampai puncaknya dulu, nih eh mbaknya memicu datang, "kataku, nyengir lagi melihat mereka berdua masak

gadis seksi di perkosa

cerita gadis Perampokan, Nama saya Dessy, aku 20 tahun. Aku sekarang duduk di perguruan tinggi di Jakarta. Saya ingin menceritakan peristiwa tragis dan traumatis yang sangat dalam. Kejadian dua tahun lalu ketika saya masih 3 sma-kelas sekolah di kota Bogor. Aku benar-benar tidak mengharapkan ini kejadian yang terjadi padaku di mana barang saya untuk menghormati paksa merebut oleh sekelompok orang yang sangat kejam dan biadab. cerita seks perkosaan terbaru hanya ada di Cerita Dewasa seks, silahkan baca sisa cerita tentang cerita perkosaan seks.

Setelah pekerjaan rumah, aku segera mengambil tempat tidurku. Segera aku tertidur aku mendengar suara aneh di bawah rumah saya, tapi saya tidak menghiraukan itu dan aku tidur lagi. Tiba-tiba, orang asing ke rumah saya. Tiba-tiba aku terbangun dari tempat tidurku dan aku mencoba berteriak tetapi lebih gerakan cepat orang untuk menutup mulut saya. Saya juga memberontak tetapi tidak bisa karena lengan sangat keras oleh orang itu, tiba-tiba ada orang asing lain ke dalam kamar saya membawa tali dan lakban. Aku tidak tahu orang nih yang. Dalam mengikat saya di tempat tidur dan mulutku tertutup oleh lkaban hitam sehingga saya tidak bisa berbicara sama sekali. Orang itu segera mencari apa yang ada di lemari saya. Ternyata rumah saya dirampok, saya gemetar dan takut.
"Gilaaa ... orang kaya tetapi ada hal-hal yang beharga ga nih ...!" Kata perampok.
kamar saya berantakan di acak-acak oleh perampok sebagai kapal pecah. Tak lama kemudian datang perampok lain masuk ke kamar saya.
"Bagaimana baik adalah barang ga ??????"
"Ga ada bos mafia, sama di sini hanya punya dompet tuh cewe aja ..!!"
Tiba-tiba mereka berbisik-bisik satu sama lain, maka mereka tersenyum padaku.
"Yah .. ada hal-hal yang lebih beharga nih .... ????" dengan mata nakal melihatnya.

Perampok naik ke kasur saya dan jari-jarinya mulai membelai betis ke paha saya. Aku benar-benar benar-benar takut pada waktu itu. Dalam darinya saya g-string dengan kasar oleh perampok. Pada saat itu aku memakai jubah dari sutra dikenakan oleh mini sangat padaku. Aku ingin memberontak karena tangan saya masih tidak bisa kedua dan kaki terikat pada kaki tempat tidur saya dengan keras pada obligasi lagi perampok nya.Kedua naik ke kanan tempat tidur saya di dada. Aku sudah tahu niat mereka yang ingin ku.Tiba perkosaan tiba-tiba aku merasakan tubuh, lembut basah menyentuh bibir vaginaku yang tidak ditutupi oleh cd saya atau jembie baru saya selesai bercukur. Aku merasa geli dengan lidahnya menjilati vaginaku menengenai dua membran. Yang lain, perampok merobek jubah saya dan saya hanya memakai bra saja. Buka langsung di bra saya dengan para perampok sudah lama tidak berpikir para perampok juga langsung menghisap buah dadanya dengan nafsu. Aku hanya bisa menangis dan aku mengundurkan diri untuk itu karena Anda tidak bisa berbuat apa-apa. Saya puting di kenyot dengan keinginan gairah untuk membuat saya sakit. Aku sudah di gerayangi nya bagian atas dan bawah tubuh saya. Tanpa aku menyadari vaginaku basah dengan air liur pada perampok mantel yang dicampur dengan cairan hangat yang keluar dari vagina saya. Saya juga merasa geli lidah yang menakutkan untuk mengerakan saat top-down pada kelitoris saya.

Aku menangis namun mereka diabaikan karena otaknya telah dipenuhi oleh keinginan penuh gairah. Aku melihat perampok membuka cd dan bar yang tampak hebat dengan pacar saya di perbandingan. Bagaimana jika batang itu ke dalam vagina masih rapat. Aku benar-benar tidak bisa membayangkan rasa sakitnya. Kedua lain peampok juga menunjukkan tongkat besar di depan mataku. Oh Tuhan .. apa yang salah dengan saya. Terpakasa saya harus menunggu mereka semua nafsu. Aku sangat sedih dan air mataku terus mengalir. Dalam longgar lakban pada mulut saya mereka langsung mengancam saat aku berteriak sehingga saya akan dibunuh oleh para perampok. Aku hanya bisa melakukan apa yang Mereka berkata dan Aku hanya merengek untuk Mereka menghentikan perbuatan keji. Sudah ada tiga pria dan tiga batang sekitar. Aku merasa perampok yang ingin masuk ke dalam sarang burung bagiku. Pada membelai vaginanya yang licin dengan tongkat perampok. Tiba-tiba tongkatnya itu dimasukkan ke dalam vagina.
"Aaaakkhhhhhh aaaaaakkhhh jj ... ... ... ...." Dengan rasa sakit.
Memang mereka biadab, perampok selayak mengerakan tubuhnya teman-temannya. Aku terus mendesah kesakitan bahkan aku diserang dua penis besar untuk kulum dengan mulutku. Aku begitu, kulum penis saya tuh satu per satu dengan yang lain. Sungguh besar penis perampok sampai membuka mulut lebar. Yang saya mengisap penisnya yang lain saya dikocok penisnya dengan tanganku. Aku tak berdaya dengan kekuatan mereka.

Aku tidak tahu apa yang harus dilakukan seranga mengatasi rentetan nafsu mereka. vagina saya mulai kering karena saya tidak terbawa sehingga nereka nafsu vagina saya mulai terasa sakit.
"Bang rahmat Auuuw auuw ... ... bang .... !!!!!, Cukup lepasin saya ...! Sementara merintik air mata.
"Anda telah dia, atau aku membunuhmu sekarang"
'Aaahhhh ahhhhh ... bang ... tapi saya tidak punya kekuatan lebih untuk dia menanggung rasa sakit .. "
tidak mendengar apa pun kata dalam pidato saya.
Mereka juga tak tanggung-tanggung batang mulai memasuki ke dalam bagian anus saya. Maksudku mereka benar-benar seperti anjing yang membungkuk dan dua penis dimasukkan ke dalam dua bagian yang berbeda dari vagina dan duburku. Setelah satu jam dari tragedi ini belangsung hasil hangat debit dari nafsu mereka seperti susu berwarna di bibir vagina saya. Yang kedua masalah duburku sperma dalam air, aku bisa merasakan betapa hangat dalam duburku tersebut. Dan sprema isu terakhir ke dalam mulut saya dan orang lain adalah bagian dari tubuhnya. Pada saat itu tubuh dari kepala sampai pantat saya dalam cairan diisi oleh sperma.

Aku heran salah satu temannya Mereka menyebutnya lagi dan lagi ternyata ada empat perampok yang datang ke kamarku, berarti total tujuh perampok. Aku hanya diam karena tubuh saya sudah lemas dan tidak lagi mampu mendorong tubuh sama sekali.
"Saya ingin mencoba Braayyy ga ya, lumyan tablet dari perampok berkata manyun lo ???"'
Seketika, empat perampok membuka celananya dan memasukkan batang ke dalam vagina dan duburku. Saya pada gilirannya lagi seperti sebelumnya, shortly're mengeksekusi saya, saya di reksa ke ruang tamu dan tidak ada ayah dan ibu saya yang di sekap dan diikat badanya. Aku benar-benar tidak berpikir mereka menunjukkan hubungan seks di depan orang tua saya. Aku malu tapi aku ingin lebih banyak bagaimana orangtua saya tidak bisa membantu dan hanya sadis bisa melihat bahwa dalam sebuah adegan alami oleh anaknya. Aku berada di membungkuk geng oleh tujuh orang yang biadab.kira sekitar setengah jam kemudian mereka memerkosanya mengudahi padaku. Dan sekarang seluruh tubuhku penuh dengan sperma-sperma bertnaggung tidak dijawab.

Seminggu telah berlalu berita ini sudah akrab di telinga teman-teman sekolah saya. Sungguh, aku malu yang telah terjadi padaku.