Wednesday, October 13, 2010

Juraganku

Suatu ketika ada saudara Bapakku yang datang dengan seorang tamu laki-laki. Kata pamanku dia membutuhkan orang yang mau menjaga rumahnya dan merawat taman. Setelah aku berpikir panjang aku akhirnya mau dengan mempertimbangkan keadaan Ibuku.

Berangkatlah aku ke kota Jember tepatnya di perumahan daerah kampus. Aku terkagum-kagum dengan rumah juragan baruku ini, disamping rumahnya besar halamannya juga luas. Juraganku sebut saja namanya Pak Beni, Ia Jajaran direksi Bank ternama di kota Jember, Ia mempunya dua Anak Perempuan yang satu baru saja berkeluarga dan yang bungsu kelas 3 SMA namanya Mery, usianya kira-kira 18 tahun. Sedangkan istrinya membuka usaha sebuah toko busana yang juga terbilang sukses di kota tersebut, dan masih ada satu pembantu perempuan Pak Beni namanya Bik Mia usianya kira-kira 27 tahun.

Teman Mery banyak sekali setiap malam minggu selalu datang kerumah kadang pulang sampai larut malam, hingga aku tak bisa tidur sebab harus nunggu teman Non Mery pulang untuk mengunci gerbang, kadang juga bergadang sampai pukul 04.00. Mungkin kacapekan atau memang ngantuk usai bergadang malam minggu, yang jelas pagi itu kamar Non Mery masih terkunci dari dalam. Aku nggak peduli sebab bagiku bukan tugasku untuk membuka kamar Non Mery, aku hanya ditugasi jaga rumah ketika Pak Beni dan Istrinya Pergi kerja dan merawat tamannya saja.

Pagi itu Pak Beni dan Istrinya pamitan mau keluar kota, katanya baru pulang minggu malam sehingga dirumah itu tinggal aku, Bik Mia dan Non Mery. Jam sudah menunjukkan pukul 08.00 tapi Non Mery masih belum bangun juga dan Bik Mia sudah selesai memasak.
"Jono, aku mau belanja tolong pintu gerbang dikunci."
"Iya Bik!" jawabku sambil menyiram tanaman didepan rumah. Setelah Bik Mia pergi aku mengunci pintu gerbang.

Setelah selesai menyiram taman yang memang cukup luas aku bermaksud mematikan kran yang ada di belakang. Sesampai didepan kamar mandi aku mendengar ada suara air berkecipung kulihat kamar Non Mery sedikit terbuka berarti yang mandi Non Mery. Tiba-tiba timbul niat untuk mengintip. Aku mencoba mengintip dari lubang kunci, ternyata tubuh Non Mery mulus dan susunya sangat kenyal, kuamati terus saat Non Mery menyiramkan air ke tubuhnya, dengan perasaan berdegap aku masih belum beranjak dari tempatku semula. Baru pertama ini aku melihat tubuh perempuan tanpa tertutup sehelai benang. Sambil terus mengintip, tanganku juga memegangi penisku yang memang sudah tegang, kulihat Non Mery membasuh sabun keseluruh badannya aku nggak melewatkan begitu saja sambil tanganku terus memegangi penis. Aku cepat-cepat pergi, sebab Non Mery sudah selesai mandinya namun karena gugup aku langsung masuk ke kamar WC yang memang berada berdampingan dengan kamar mandi, disitu aku sembunyi sambil terus memegangi penisku yang dari tadi masih tegang.
Cukup lama aku di dalam kamar WC sambil terus membayangkan yang baru saja kulihat, sambil terus merasakan nikmat aku tidak tahu kalau Bik Mia berada didepanku. Aku baru sadar saat Bik Mia menegurku,
"Ayo.. ngapain kamu."
Aku terkejut cepat-cepat kututup resleting celanaku, betapa malunya aku.
"Ng.. nggak Bik.." kataku sambil cepat-cepat keluat dari kamar WC. Sialan aku lupa ngunci pintunnya, gerutuku sambil cepat-cepat pergi.

Esoknya usai aku menyiram taman, aku bermaksud ke belakang untuk mematikan kran, tapi karena ada Bik Mia mencuci kuurungkan niat itu.
"Kenapa kok kembali?" tanya Bik Mia.
"Ah.. enggak Bik.." jawabku sambil terus ngeloyor pergi.
"Lho kok nggak kenapa? Sini saja nemani Bibik mencuci, lagian kerjaanmu kan sudah selesai, bantu saya menyiramkan air ke baju yang akan dibilas," pinta Bik Mia.
Akhirnya akupun menuruti permintaan Bik Mia. Entah sengaja memancing atau memang kebiasaan Bik Mia setiap mencuci baju selalu menaikkan jaritnya diatas lutut, melihat pemandangan seperti itu, jantungku berdegap begitu cepat
"Begitu putihnya paha Bik Mia ini" pikirku, lalu bayanganku mulai nakal dan berimajinasi untuk bisa mengelus-ngelus paha putih Bik Mia.
"Heh! kenapa melihat begitu!" pertanyaan Bik Mia membuyarkan lamunanku
"Eh.. ngg.. nggak Bik" jawabku dengan gugup.
"Sebentar Bik, aku mau buang air besar" kataku, lalu aku segera masuk kedalam WC, tapi kali ini aku tak lupa untuk mengunci pintunya.

Didalam WC aku hanya bisa membayangkan paha mulus Bik Mia sambil memegangi penisku yang memang sudah menegang cuma waktu itu aku nggak merasakan apa-apa, cuma penis ini tegang saja. Akhirnya aku keluar dan kulihat Bik Mia masih asik dengan cucianya.
"Ngapain kamu tadi didalam Jon?" tanya Bik Mia.
"Ah.. nggak Bik cuma buang air besar saja kok," jawabku sambil menyiramkan air pada cuciannya Bik Mia.
"Ah yang bener? Aku tahu kok, aku tadi sempat menguntit kamu, aku penasaran jangan-jangan kamu melakukan seperti kemarin ee..nggak taunya benar," kata Bik Mia
"Hah..? jadi Bibik mengintip aku?" tanyaku sambil menunduk malu.

Tanpa banyak bicara aku langsung pergi.
"Lho.. kok pergi?, sini Jon belum selesai nyucinya, tenang saja Jon aku nggak akan cerita kepada siapa-siapa, kamu nggak usah malu sama Bibik " panggil Bik Biatun.
Kuurungkan niatku untuk pergi.
"Ngomong-ngomong gimana rasanya saat kamu melakukan seperti tadi Jon?" tanya Bik Mia.
"Ah nggak Bik,"jawabku sambil malu-malu.
"Nggak gimana?" tanya Bik Mia seolah-olah mau menyelidiki aku.
"Nggak usah diteruskan Bik aku malu."
"Malu sama siapa? Lha wong disini cuma kamu sama aku kok, Non Mery juga sekolah, Pak Beny kerja?" kata Bik Mia.
"Iya malu sama Bibik, sebab Bibik sudah tahu milikku," jawabku.
"Oalaah gitu aja kok malu, sebelum tahu milikmu aku sudah pernah tahu sebelumnya milik mantan suamiku dulu, enak ya?"
"Apanya Bik?" tanyaku
"Iya rasanya to..?" gurau Bik Mia tanpa memperdulikan aku yang bingung dan malu padanya.
"Sini kamu.." kata Bik Mia sambil menyuruhku untuk mendekat, tiba-tiba tangan tangan Bik Mia memegang penisku.
"Jangan Bik..!!" sergahku sambil berusaha meronta, namun karena pegangannya kuat rasanya sakit kalau terus kupaksakan untuk meronta.

Akhirnya aku hanya diam saja ketika Bik Mia memegangi penisku yang masih didalam celana pendekku. Pelan tapi pasti aku mulai menikmati pegangan tangan Bik Mia pada penisku. Aku hanya bisa diam sambil terus melek merem merasakan nikmatnya pegangan tangan Bik Mia. lalu Bik Mia mulai melepas kancing celanaku dan melorotkanya kebawah. Penisku sudah mulai tegang dan tanpa rasa jijik Bik Mia Jongkok dihadapanku dan menjilati penisku.
"Ach.. Bik.. geli," kataku sambil memegangi rambut Bik Mia.

Bik Mia nggak peduli dia terus saja mengulum penisku, Bik Mia berdiri lalu membuka kancing bajunya sendiri tapi tidak semuanya, kulihat pemandangan yang menyembul didepanku yang masih terbungkus kain kutang dengan ragu-ragu kupegangi. Tanpa merasa malu, Bik Mia membuka tali kutangnya dan membiarkan aku terus memegangi susu Bik Mia, dia mendesah sambil tangannya terus memegangi penisku. Tanpa malu-malu kuemut pentil Bik Mia.
"Ach.. Jon.. terus Jon.."
Aku masih terus melakukan perintah Bik Mia, setelah itu Bik Mia kembali memasukkan penisku kedalam mulutnya. aku hanya bisa mendesah sambil memegangi rambut Bik Mia.
"Bik aku seperti mau pipis," lalu Bik Mia segera melepaskan kulumannya dan menyingkapkan jaritnya yang basah, kulihat Bik Mia nggak memakai celana dalam.
"Sini Jon..," Bik Mia mengambil posis duduk, lalu aku mendekat.
"Sini.. masukkan penismu kesini." sambil tangannya menunjuk bagian selakangannya.

Dibimbingnya penisku untuk masuk ke dalam vagina Bik Mia.
"Terus Jon tarik, dan masukkan lagi ya.."
"Iya Bik" kuturuti permintaan Bik Mia, lalu aku merasakan seperti pipis, tapi rasanya nikmat sekali.
Setelah itu aku menyandarkan tubuhku pada tembok.
"Jon.. gimana, tahu kan rasanya sekarang?" tanya Bik Mia sambil membetulkan tali kancingnya.
"Iya Bik.."jawabku.

Esoknya setiap isi rumah menjalankan aktivitasnya, aku selalu melakukan adegan ini dengan Bik Mia. Saat itu hari Sabtu, kami nggak nyangka kalau Non Mery pulang pagi. Saat kami tengah asyik melakukan kuda-kudaan dengan Bik Mia, Non Mery memergoki kami.
" Hah? Apa yang kalian lakukan! Kurang ajar! Awas nanti tak laporkan pada papa dan mama, kalian!"
Melihat Non Mery kami gugup bingung, "Jangan Non.. ampuni kami Non," rengek Bik Mia.
"Jangan laporkan kami pada tuan, Non."
Akupun juga takut kalau sampai dipecat, akhirnya kami menangis di depan Non Mery, mungkin Non Mery iba juga melihat rengekan kami berdua.
"Iya sudah jangan diulangi lagi Bik!!" bentak Non Mery.
"Iy.. iya Non," jawab kami berdua.

Esoknya seperti biasa Non Mery selalu bangun siang kalau hari minggu, saat itu Bik Mia juga sedang belanja sedang Pak Beny dan Istrinya ke Gereja, saat aku meyirami taman, dari belakang kudengar Non Mery memanggilku,
"Joon!! Cepat sini!!" teriaknya.
"Iya Non," akupun bergegas kebelakang tapi aku tidak menemukan Non Mery.
"Non.. Non Mery," panggilku sambil mencari Non Mery.
"Tolong ambilkan handuk dikamarku! Aku tadi lupa nggak membawa," teriak Non Mery yang ternyata berada di dalam kamar mandi.
"Iya Non."
Akupun pergi mengambilkan handuk dikamarnya, setelah kuambilkan handuknya "Ini Non handuknya," kataku sambil menunggu diluar.
"Mana cepat.."
"Iya Non, tapi.."
"Tapi apa!! Pintunya dikunci.."

Aku bingung gimana cara memberikan handuk ini pada Non Mery yang ada didalam? Belum sempat aku berpikir, tiba-tiba kamar mandi terbuka. Aku terkejut hampir tidak percaya Non Mery telanjang bulat didepanku.
"Mana handuknya," pinta Non Mery.
"I.. ini Non," kuberikan handuk itu pada Non Mery.
"Kamu sudah mandi?" tanya Non Mery sambil mengambil handuk yang kuberikan.
"Be..belum Non."
"Kalau belum, ya.. sini sekalian mandi bareng sama aku," kata Non Mery.

Belum sempat aku terkejut akan ucapan Non Mery, tiba-tiba aku sudah berada dalam satu kamar mandi dengan Non Mery, aku hanya bengong ketika Non Mery melucuti kancing bajuku dan membuka celanaku, aku baru sadar ketika Non Mery memegang milikku yang berharga.
"Non..," sergahku.
"Sudah ikuti saja perintahku, kalau tidak mau kulaporkan perbuatanmu dengan Bik Mia pada papa," ancamnya.

Aku nggak bisa berbuat banyak, sebagai lelaki normal tentu perbuatan Non Mery mengundang birahiku, sambil tangan Non Mery bergerilya di bawah perut, bibirnya mencium bibirku, akupun membalasnya dengan ciuman yang lembut. Lalu kuciumi buah dada Non Mery yang singsat dan padat. Non Mery mendesah, "Augh.."
Kuciumi, lalu aku tertuju pada selakangan Non Mery, kulihat bukit kecil diantara paha Non Mery yang ditumbuhi bulu-bulu halus, belum begitu lebat aku coba untuk memegangnya. Non Mery diam saja, lalu aku arahkan bibirku diantara selakangan Non Mery.
"Sebentar Jon..," kata Non Mery, lalu Non Mery mengambil posisi duduk dilantai kamar mandi yang memang cukup luas dengan kaki dilebarkan, ternyata Non Mery memberi kelaluasaan padaku untuk terus menciumi vaginanya.

Melihat kesempatan itu tak kusia-siakan, aku langsung melumat vaginanya kumainkan lidahku didalm vaginanya.
"Augh.. Jon.. Jon," erangan Non Mery, aku merasakan ada cairan yang mengalir dari dalam vagina Non Mery. Melihat erangan Non Mery kulepaskan ciuman bibirku pada vagina Non Mery, seperti yang diajarkan Bik Mia kumasukkan jemari tanganku pada vagina Non Mery. Non Mery semakin mendesah, "Ugh Jon.. terus Jon..," desah Non Mery. Lalu kuarahkan penisku pada vagina Non Mery.
Bless.. bless.. Batangku dengan mudah masuk kedalam vagina Non Mery, ternyata Non Mery sudah nggak perawan, kata Bik Mia seorang dikatakan perawan kalau pertama kali melakukan hubungan intim dengan lelaki dari vaginanya mengeluarkan darah, sedang saat kumasukkan penisku ke dalam vagina Non Mery tidak kutemukan darah.

Kutarik, kumasukkan lagi penisku seperti yang pernah kulakukan pada Bik Mia sebelumnya. "Non.. aku.. mau keluar Non."
"Keluarkan saja didalam Jon.."
"Aggh.. Non."
"Jon.. terus Jon.."
Saat aku sudah mulai mau keluar, kubenamkan seluruh batang penisku kedalam vagina Non Mery, lalu gerkkanku semakin cepat dan cepat.
"Ough.. terus.. Jon.."
Kulihat Non Mery menikmati gerakanku sambil memegangi rambutku, tiba-tiba kurasakan ada cairan hangat menyemprot ke penisku saat itu juga aku juga merasakan ada yang keluar dari penisku nikmat rasanya. Kami berdua masih terus berangkulan keringat tubuh kami bersatu, lalu Non Mery menciumku.
"Terima kasih Jon kamu hebat," bisik Non Mery.
"Tapi aku takut Non," kataku.
"Apa yang kamu takutkan, aku puas, kamu jangan takut, aku nggak akan bilang sama papa" kata Non Mery. Lalu kami mandi bersama-sama dengan tawa dan gurauan kepuasan.

Sejak saat itu setiap hari aku harus melayani dua wanita, kalau di rumah hanya ada aku dan Bik Mia, maka aku melakukannya dengan Bik Mia. Sedang setiap Minggu aku harus melayani Non Mery, bahkan kalau malam hari semua sudah tidur, tak jarang Non Mery mencariku di luar rumah tempat aku jaga dan di situ kami melakukannya.

akankah aku dapat berubah ? semoga.,......